Sejarah Kebudayaan Islam: Puncak Kejayaan Dinasti Abbasiyah

Share
BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Muncul menggantikan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah, Dinasti Bani Abbasiyah berkembang dengan sangat pesat. Ibukota pemerintahan Islam dipindahkan ke Baghdad, yang berkembang menjadi kota paling termasyhur dimasanya.
Â
Bani Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya saat dipimpin oleh khalifah Harun ar-Rasyid. Dia merupakan khalifah kelima yang berkuasa di tahun 170-193 hijriah, atau 786-809 masehi.
Â
Dimasa Harun ar-Rasyid, situasi negara sangat aman dan tenteram. Rakyat hidup dalam keadaan makmur dan sejahtera. Bahkan, sulit untuk mencari orang yang akan diberikan zakat, infak, ataupun sedekah.
Â
Orang-orang bisa keluar malam dengan aman karena nyaris tidak ada kejahatan. Para pengelana juga bisa melancong ke seluruh negeri dengan aman.
Â
Berbagai sarana dibangun demi kepentingan rakyat. Negara membangun masjid-masjid, perguruan tinggi, madrasah-madrasah, serta rumah sakit untuk rakyatnya.
Â
Khalifah Harus ar-Rasyid juga sangat memperhatikan kesehatan. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan pusat farmasi didirikan dan diperhatikan. Paling tidak, saat itu ada 800 orang dokter, jumlah yang sangat banyak dimasanya.
Â
Penerjemaahan buku asing ke Bahasa Arab juga dilakukan secara besar-besaran. Penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa resmi kerajaan tidak mengurangi penggalian informasi yang ada di buku asing menjadi terhambat.
Â
Khalifah Harun ar-Rasyid sendiri diriwayatkan mempunyai sifat yang mendekati khalifah Umar bin Abdul Aziz di masa Dinasti Umayyah. Sang khalifah tak segan turun ke jalan di malam hari untuk melihat kehidupan rakyatnya.
Â
Zaman inilah menjadi zaman keemasan Dinasti Abbasiyah. Negara menjadi sangat kuat dan tak tertandingi oleh negara lain.
Â
Sayangnya, setelah berkuasa selama 23 tahun 6 bulan, Khalifah Harun ar-Rasyid meninggal pada 4 Jumadil Tsani 193 hijriah di usia 45 tahun. Sebelum meninggal, dia membagi wilayahnya menjadi dua, yakni wilayah barat untuk anaknya yang bernama al-Amin, dan wilayah timur untuk anaknya yang bernama al-Ma’mun. (bpc2)