Tahun Ini, KPR Muamalat Pekanbaru Naik 20 Persen

Share

BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, Kantor Cabang Pekanbaru tahun 2015 mengalami penigkatakan sebesar 20 persen lebih.

Baranch Manager Muamalat, Syaifullah Asyik mengatakan pencapaian kenaikan KPR sebesar 20 persen itu berhasil diperoleh Bank Muamalat dari target kurang lebih Rp 515 miliar.

“Untuk di KPRnya, kami memang mengalami peningkatan. Target 20 persen ini, meningkat dibanting tahun sebelumnya. Sepertinya untuk kredit perumahan di Pekanbaru masih bagus,” katanya, Sabtu (13/12/2015).

Dia menambahkan meningkatnya KPR Muamalat tahun ini dipengaruhi banyaknya lokasi perumahan baru. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk di Kota Pekanbaru. Segmentasinya tersebar di masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah.

KPR Muamalat yang paling dominan adalah kredit untuk rumah di harga Rp 200 juta sampai Rp 300 juta. Sementara itu, angka kenaikan juga terjadi pada jumlah aset Muamalat sebesar 30 persen tahun untuk tahun 2015. “Untuk aset kami meliht ada peningkatan positif di tiap tahunnya,” sambung Syaifullah. Pada kwartal ke III tahun 2015 saja, aset perbankan itu sudah tembus diangka Rp 800 miliar

Namun demikian, dia menyebutkan untuk kreadit modal kerja di Bank Muamalat tahun ini, mengalami penurunan yang signifikan, yakni sebesar 15 persen dibanting tahun sebelumnya. Dia menduga penyebab turunnya kredit untuk modal kerja itu disebabkan daya beli masyarakat yang cenderung menurun ditahun ini.

“Daya beli masyarakat yang turun karena pada pertengahan tahun lalu, komuditi unggulan masyarakat riau di sektor harga sawit harga jualnya turun drastis. Bahkan hingga sekarang masih fluktuatif,” ujarnya.

Penurunan 15 persen kredit modal kerja itu dari target Rp 550 miliar. Angka penurunan itu cukup signifikan karena di tahun sebelumnya untuk kredit modal kerja melebihi target

Selain masalah, jatuhnya harga sawit masyrakat, naiknya nilai tukar dollar beberapa waktu lalu juga memberikan sentimen negatif terhadap pertumbuhan modal kerja.

“Kalau di Muamalat, yang banyak itu Ritel, sampai 80 persenan. Sementara untuk korporetnya sedikit sekali, paling kisaran 10 persen saja,” sambungnya. (Melba)