Travel Agent vs Dunia Digital dan Kebijakan Maskapai

Share

Catatan Redaksi : Maulia Oktavia

Wartawan Bertuahpos.com

BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Bagi anda yang sering menggunakan jasa maskapai penerbangan, pasti sudah tidak asing dengan yang namanya travel agent. Dahulu, sebelum gadget ‘naik daun’, setiap orang yang ingin menggunakan pesawat untuk melakukan perjalanan ke luar daerah ataupun ke luar negeri, harus datang ke travel agent untuk membeli tiket atau langsung datang ke counter maskapai di dalam maupun diluar bandara. 

Hubungan antara travel agent dan pihak maskapai pun terjalin dengan baik, kedua belah pihak sering melakukan silaturahmi untuk tetap menjaga kerjasama yang baik dan saling menguntungkan tersebut. Saat itu, travel agent merupakan perpanjangan tangan pihak maskapai untuk sampai ke masyarakat, karena travel agent juga memiliki kewajiban untuk memasarkan produk- produk dari maskapai. 

Saat tiket maskapai terjual banyak, tak hanya maskapai saja yang mendapatkan untung, pihak travel agent pun mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan tiket tersebut, dan ditambah lagi dengan komisi yang diberikan dari pihak maskapai atas jumlah penjualan tiket yang telah dilakukan pihak travel agent. 

Bak dalam sebuah keluarga, hubungan harmonis ini masih terus terjalin bertahun-tahun lamanya hingga akhirnya masyarakat mulai ‘demam’ yang namanya gadget atau smartphone. Pihak produsen gadget membuat berbagai fitur menarik di dalam gadget, sehingga membuat para penggunanya menjadi ‘kecanduan’. Masa transisi pun dimulai, dari yang serba manual, menjadi serba digital. Tak hanya produsen gadget, para pebisnis pun mulai mengasah otak agar mampu bersaing dan tidak kalah dengan gadget yang notabene adalah barang digital. 

Mengikuti perkembangan zaman, akhirnya dunia digital pun menjadi juaranya. Hampir semua bidang kehidupan manusia bisa diakses menggunakan gadget, tak ketinggalan dengan penjualan tiket pesawat. Berbagai brand penjualan tiketpun mulai bermunculan. Dengan berbagai kemudahan dan promo yang ditawarkan, sedikit demi sedikit, para pengguna jasa penerbangan mulai beralih memesan tiket dengan menggunakan barang ‘kebanggaan’ mereka. Dengan bermodal gadget dan kuota, berbagai macam pilihan maskapai untuk berbagai tujuan bisa dengan mudah mereka pilih, yang akhirnya membuat travel agent mulai dilupakan. 

Baca juga:
Lebih 88 Ribu Orang Sudah Tandatangani Petisi Turunkan Harga Tiket Pesawat Domestik
Sebelum Harga Tiket Pesawat Rute Pekanbaru Turun, ASITA Riau Masih Pada Sikap Semula

Satu demi satu travel agent yang sempat tumbuh menjamur, mulai ‘layu’ dan ‘mati’, karena tidak mampu bersaing dengan dunia digital yang dianggap lebih efisien dan mandiri. Tak hanya kehilangan pelanggan, pihak maskapai yang dulunya sangat terbantu dengan keberadaan travel agent, kini seolah olah enggan untuk tahu keberadaan travel agent. Berbagai kebijakan mulai mereka keluarkan guna menarik pelanggan di dunia digital. Pihak maskapai seakan tidak peduli bagaimana travel agent ‘bertahan hidup’ jika mereka lebih mementingkan keuntungan sendiri. 

Seakan kacang lupa akan kulitnya, berbagai kebijakan satu persatu mulai dikeluarkan pihak maskapai untuk menarik pelanggan sendiri. Seperti memberikan harga spesial untuk pelanggan yang membeli tiket langsung ke counter resmi mereka hingga memasang harga murah di situs website resmi milik mereka, namun tidak merubah harga di website resmi untuk travel agent. Alhasil, jika pelanggan membeli melalui travel agent, mereka akan mendapatkan harga yang lebih mahal jika dibanding beli langung ke maskapai. 

Tak berhenti sampai disitu, maskapai mulai menurunkan nilai komisi atau fee untuk travel agent atas penjualan tiket yang telah dilakukan, sedikit demi sedikit. 

Tak ingin gugur setelah berkembang, travel agent mulai mengasah otak untuk menutupi kekurangan pemasukan yang mereka peroleh dari hasil penjualan tiket maskapai. Beberapa travel agent, khusus di Pekanbaru, mulai melirik paket wisata sebagai penjualan utama mereka. Dari paket wisata ini, mereka masih bisa bertahan meskipun harus ‘mengikat pinggang’ dengan sedikit erat. 

Meski demikian, persaingan dengan dunia digital semakin kencang, dan banyak travel agent yang kehabisan akal untuk bertahan. 

Baru-baru ini, pihak travel agent kembali dibuat terkejut dengan perlakuan beberapa maskapai yang dinilai sudah sangat keterlaluan. Seperti Garuda Indonesia yang mengirimkan pemberitahuan zero commision untuk travel agent atas penjualan tiket Garuda Indonesia, meskipun akhirnya dibatalkan, dan pembagian voucher potongan harga untuk pembelian tiket secara online oleh awak kabin Citilink ke penumpang yang telah boarding. 

Melalui Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA), banyak travel agent yang berharap agar pihak maskapai tidak meng anak tirikan travel agent,  mengingat hubungan baik yang telah dibangun sejak lama, meskipun dunia digital, masih menguasai pasar saat ini. (bpc5)