“Guru, tukang masak, tukang kebun, tidak tidur di asrama, mereka pulang, bertemu banyak orang, itu yang harus diwaspadai, ” katanya.
Selain itu, guru dan orang-orang yang keluar masuk asrama, harus dilakukan pemeriksaan swab minimal sekali dalam seminggu. Tujuannya untuk memastikan mereka tidak terpapar Covid-19. “Supaya yang di dalam itu aman, karena cenderung yang membawa virus itukan yang dari luar,” katanya.
Selain itu, tracing, tracking dna testing atau 3T juga harus diperbanyak. Setiap orang yang berkontak dengan santri, termasuk guru dan keluarga dari santri yang terpapar itu harus diperiksa. Minimal 14 orang untuk satu orang yang positif.
Namun yang tidak kalah penting, pihak sekolah harus membatasi orang dari luar yang ingin bertemu dengan siswa atau santri. Termasuk orang tua, agar diberi jarak saat bertemu anak nya di asrama. Sehingga tidak terjadi kontak langsung antara anak dengan orang lain yang berasal dari luar asrama.
“Kelau disekolah umum justru lebih aman, belum ditemukan sejauh ini yang sekolah umum itu ada kluster, sekarang itu yang perlu diwaspadai anak-anak sepulang sekolah, mereka ini kan buka masker, berkumpul, itu kan rawan,” ujarnya.
(bpc2)
Saksikan tayangan video berikut ini;