Berita

PSI Sebut Dukung Jokowi 3 Periode Lebih Logis Ketimbang Tunda Pemilu

Share

BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Sekjen PSI Dea Tuanggaesti mengatakan, partainya menginginkan masa jabatan Presiden Jokowi 3 periode dianggap lebih logis ketimbang usulan penundaan Pemilu 2024.

Meski, pada kenyataannya, keinginan PSI mendapat cibiran dari berbagai pihak, salah satunya datang dari pengamat politikn Rocky Gerung.

“Saya berterima kasih atas komentar Bapak yang menyebut pernyataan saya sebagai pernyataan yang dungu dan bodoh,” kata Dea dalam keterangan resminya merespon pendapat dari Rocky Gerung.

“Komentar yang saya terima dengan lapang dada, mengingat saya yakin komentar tersebut pasti datangnya dari seorang yang sangat pintar dan pastinya super cerdas,” katanya, Rabu, 9 Maret 2022.

PSI melontarkan keinginan agar Jokowi menjabat sebagai Presiden Indonesia hingga periode ke-3, tak lain hanya untuk melindungi Jokowi secara konstitusional.

Pada prinsipnya, PSI ingin melayangka kritik kepada elite politik di parlemen yang ingin masa jabatan Jokowi diperpanjang tanpa mekanisme Pemilu. PSI bersikap menolak hal itu demi menegakkan konstitusi dengan tujuan agar Jokowi terlindungi secara konstitusional.

Namun, kata Dea, Rocky Gerung lupa, bahwa Undang-Undang mengamanatkan bahwa pemilihan Presiden dilakukan setiap 5 tahun sekali, sebagaimana anamah konstitusi.

Dalam situasi ini, tidak menutup kemungkinan partai-partai yang kini bercokol di parlemen—PSI tak ada di sana—melakukan amandemen konstitusi, sehingga buka ruang untuk Jokowi maju kembali sebagai Presiden di 2024.

Maka, secara terbuka, rakyat bisa kembali menentukan pilihan kepada Jokowi ataupun kandidat lain. Dengan demikian, kata Dea, PSI pasti paling pertama yang akan mendukung Jokowi. “Karena kami tahu, prestasi dan kerjanya untuk rakyat Indonesia,” ucapnya.

Dea lalu mengutip hasil survei yang menyatakan bahwa lebih dari 70% rakyat Indonesia puas terhadap kinerja Jokowi. Sedangkan atas pandangan Rocky Gerung yang menyebut, ‘PSI dungu’, itu hanya sebuah kebencian yang subjektif.

Dia meminta Rocky Gerung harusnya belajar dari Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno yang berbesar hati menerima kekalahan di Pilpres 2019 lalu. “Artinya apa? Mereka ikut berkontribusi membangun negara, sementara apa ya yang Bapak (Rocky Gerung) lakukan?” kata Dea. (bpc2)