Berita

Ilmuwan Kanada: Nenek Moyang Manusia Purba Berasal dari Flores

Share

BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Gregory Forth, seorang antropolog pensiunan dari Universitas Alberta, Kanada, menduga bahwa nenek moyang Manusia Purba berasal dari Flores, Indonesia.

Dia mengungkapkan pendapat itu dalam buku terbarunya.

Di rentang 700.000 dan 60.000 tahun yang lalu, diperkirakan manusia purba kecil tinggal di pulau Flores.

Nenek moyang Manusia Purba itu disebut Homo floresiensis, atau dijuluki hobbit karena tingginya hanya sekitar 106 sentimeter, memiliki ukuran kecil dan berkaki besar, dan sudah mengenal peralatan hidup.

Dalam bukunya itu, Gregory Forth mengemukakan ada laporan tentang ‘manusia kera’ di Pulau Flores — yang bisa jadi merupakan penampakan nenek moyang manusia purba, yang masih beredar hingga sekarang. 

“Kami benar-benar tidak tahu kapan spesies ini punah,” kata Forth kepada Live Science.

“…atau memang, berani saya katakan, kami bahkan tidak tahu apakah itu punah. Jadi ada kemungkinan dia masih hidup.”

Para ahli menanggapi apa yang disampaikan Forth terlalu didramatisir dan ditanggapi dengan skeptis.

“Flores adalah sebuah pulau. Luas wilayahnya hampir sama dengan Connecticu. Ada 2 juta orang yang tinggal di sana sekarang,” kata John Hawks, ahli paleoantropologi di University of Wisconsin.

 “Populasinya tersebar di seluruh pulau. Secara realistis, gagasan bahwa ada primata besar yang tidak teramati di pulau ini dan bertahan dalam populasi yang dapat menopang dirinya sendiri hampir mendekati nol,” kata Hawks. 

Tapi, Forth melihatnya secara berbeda. Forth telah melakukan penelitian lapangan antropologis di pulau itu sejak tahun 1984.

Sejak saat itu, dia mendengar semua cerita-cerita masyarakat lokal tentang makhluk-makhluk humanoid kecil berbulu yang hidup di hutan. 

Forth lalu menuliskan kisah-kisah ini dalam penelitiannya sampai tahun 2003, saat Homo Floresiensis ditemukan. 

Saat itulah, dia mengatakan kepada Live Science, bahwa dia membuat koneksi. 

“Saya mendengar tentang makhluk mirip manusia kecil yang serupa di wilayah bernama Lio, yang dikatakan masih hidup, dan orang-orang memberi penjelasan tentang seperti apa rupa mereka,” kata Forth.

Between Ape and Human: An Anthropologist on the Trail of a Hidden Hominoid (Pegasus Books, 2022), yang menjadi penggalan kutipan dari buku Forth.

Dia menggambarkan cukup jelas sebuah wawancara dengan seorang pria yang mengaku telah membuang mayat makhluk, “Yang itu tidak mungkin seekor monyet. Tapi juga bukan manusia”

Makhluk itu punya rambut lurus pada tubuh, warnanya terang, bentuk hidungnya cukup bagus, dan sebuah rintisan ekor. 

Selama bertahun-tahun, Forth mengumpulkan 30 laporan saksi mata tentang makhluk serupa yang, disebutnya, sesuai dengan deskripsi Homo floresiensis. 

Forth berpendapat, kisah “manusia kera” di Flores ini berbeda dengan kisah Bigfoot di Pacific Northwest, karena tidak pernah ada kera non-manusia di Amerika Utara. 

Tapi di Flores, katanya, pasti ada Homo floresiensis.***

[bpc2]