Mencari “Perempuan” dalam Buku Perempuan Bulan

Share

BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Setelah diluncurkan di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin, buku puisi Perempuan Bulan didiskusikan di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Lancang Kuning (Unilak), Kamis (21/4/2016).

Kegiatan yang dilaksanakan sempena peringatan Hari Kartini inipun berkaitan dengan karya-karya perempuan, khususnya karya penyair perempuan Riau, Kunni Masrohanti tersebut.

Wakil Pembantu Rektor, DR Junaidi semula direncanakan menjadi pemateri dalam bedah buku tersebut. Tapi karena padatnya agenda kegiatan yang sedang berlangsung di Unilak, maka hanya Marhalim Zaini MA yang menjadi narasumber serta Kunni  selaku penulis. Sementara, Qori Islami mengambil bagian sebagai moderator.

‘’Yang pasti, kami keluarga besar Unilak, khususnya FIB mengapresiasi buku puisi Kunni yang baru diterbitkan dan diluncurkan ini. Tidak hanya Kunni, siapa saja yang ingin membedah atau dibedah karya-karyanya, kami sangat menyambut baik. Pertemuan dengan penulis serta berdiskusi langsung justru lebih berharga bagi mahasiswa kami dibandingkan pertemuan terus. Saya sudah menyiapkan diri untuk ikut diskusi, tapi karena sesuatu hal, saya serahkan kepada Marhalim dan Kunni untuk mengupas karya ini,’’ kata Junaidi saat menyampaikan sambutan sebelum bedah buku dimulai.

Penyair dan sastrawan Riau, Fakhrunnas MA Jabbar sebagai salah satu endorsmen dalam buku Perempuan Bulan, juga hadir. Fakhrunnas sedikit mengulas tentang perempuan bulan. ‘’Sebagai salah satu penyair Riau dan perempuan, Kunni telah meramaikan dunia kesusteraan dan kepenyairan Indonesia.

Kunni telah meluncurkan buku Perempuan Bulan ini di PDS HB Jassin, Jakarta. Ini sebuah prestasi, kesungguhan yang harus diapresiasi. Tidak hanya penyair Riau, tapi Kunni juga salah satu Indonesia,’’ kata Fakhrunnas.

Disebutkan Fakhrunnas lebih lanjut, meski buku tersebut berjudul Perempuan Bulan, terkesan fenimin atau tentang perempuan dan diluncurkan di Hari Kartini, tapi bukan berarti seluruh puisi yang termaktub dalam buku tersebut menceritakan tentang perempuan.

‘’Mungkin karena Kunni ini lasak dalam tanda petik dan tidak mau diam, jadi puisinya sangat bervariasi, tidak hanya tentang perempuan,’’ kata Fakhrunnas lagi.

Selain Fakhrunnas juga hadir penyair-penyair lain seperti A Aris Abeba, Tien Marni, Murparsaulian, TM Sum, Herman Rante, Suharyoto,  Cahaya Buah Hati, May Moon Nasution, Kartunis Riau Furqon Elwe, Bambang Kariyawan, dosen-doesn FIB  dan beberapa lainnya .

Bedah buku yang ditandai dengan penandatanganan poster cover buku oleh para penyair tersebut juga dimeriahkan dengan pembacaan puisi dan musikalisasi puisi oleh Kelompok musikalisasi puisi Gendul.

Marhalim Zaini yang mengulas dan mengupas Perempuan Bulan, justru mencari ‘perempuan’ dalam puisi-puisi Kunni tersebut. Menurutnya, tak banyak Kunni bercerita tentang perempuan.

Tapi dalam tidak disebutkannya tentang perempuan dalam puisi itu, justru semakin terlihat jelas unsur-unsur feminisme di dalamnya. Marhalim bercerita banyak tentang bentuk dan ideologi puisi Kunni tersebut.

‘’Secara bentuk, puisi-puisi Kunni sudah menunjukkan tentang kedaerahan atau ke-Melayu-an. Banyak kata-kata dan diksi-diksi yang menjelaskannya.

Di dalamnya juga terdapat unsur mantra dan pantun. Di situ kelebihan Kunni. Ia tidak melupakan unsur kedaerahan tersebut. Kalau soal feminisme justru saya mencari ‘perempuan’ dalam puisi-puisi Kunni ini.  Ibarat kedirian, puisi-puisinya justru tanpa kelamin. Ada lirik aku, kau dan mereka. Kadang ia menjadikan lirik aku sebagai perempuan, kadang juga sebagai lelaki,’’ kata Marhalim pula.

Kunni Masrohanti yang turut berbagi pengalaman dan proses kreatif dalam penulisan saat itu, justru mendapatkan banyak pertanyaan dari audiens yang mayoritas mahasiswa FIB meski sebagian ada komunitas, mahasiswa kampus lain, siswa bahkan guru SMA.

‘’Terimakasih banyak kepada semua pihak, khususnya FIB yang bersedia membedah buku puisi saya. Saya berharap memberi manfaat dan banyak hikmahnya. Sudah pasti saya berharap akan muncul penulis dan penyair-penyair, khususnya perempuan dari sini,’’ tutup Kunni. (Nova/rls)