Ayo, Selamatkan Suaka Margasatwa Riau Dari Kemusnahan Ekologi

Share

BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Kondisi cuaca di Riau kian tidak menentu. Ini sangat erat kaitannya dengan kondisi ekologi di Riau yang dianggap sudah berada diambang kemusnahan.

Menurut Pakar lingkungan Riau, Dr Elviriadi, kawasan Zamrud dan Giam Siak Kecil Kabupaten Siak, suaka margasatwa bukit batu, Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Suaka Margasatwa Rimbang Baling, Cagar Alam Bukit Bungkuk, perlu menjadi pusat perhatian bersama.

“Nah, rencana pengelolaan kawasan itu harus komprehensif dan ketat. Aturan mengenai hal itu termaktub dalam UU Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi, UU Nomor 44 tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan, peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.81 tahun 2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Inventarisasi Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam,” ungkapnya.

Tenaga Ahli Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Riau ini, menjelaskan, indikator baiknya ekosistem itu bisa diukur dari populasi satwa, habitat dan jasa lingkungan terhadap peradaban manusia.

“Saatnya manusia membuang ego, hiduplah damai dengan harimau, beruang, beruk, biawak, ulat bulu, kucing hutan, burung hantu, lipan, kancil, langau dan tungau,” sambungnya.

Dia menjelaskan, kondisi suaka margasatwa di Riau harus segera dibenahi. Suaka Margasatwa Bukit Batu yang luasnya 21,657 hektar telah dikepung hutan produksi sehingga populasi Harimau Sumatera makin terancam.

Begitu juga di Tesso Nilo dan Kerumutan di Pelelawan, antara blok perlindungan, blok rehabilitasi, blok pemanfaatan, zona penyangga dan inti, semuanya hampir susah disusun, makin tak jelas dan tergerus landsekapnya.

Benteng terakhir Riau ada di kawasan-kawasan itu sebagai tangkapan air, penyimpanan karbon, pengatur iklim mikro, penghalang kebakaran hutan dan lahan, suply makanan, plasma nuftah, pelestarian rawa gambut, dan jasa ekosistem lainnya

Saat ini, Indonesia memerlukan kebijakan radikal dengan prioritas jelas. Kalau terus dengan laizess faire (gaya pembiaran) management, tak membaca perubahan rona ekologis, tak ada sense of crisis, maka kondisi bisa antiklimaks.

“Siap-siaplah jadi gurun sahara di daratan, dan pulau tenggelam di Meranti, Bengkalis dan Inhil,” sambungnya. (bpc3)