NPL BPR di Jateng Tembus 7,1 Persen

Share

BERTUAHPOS.COM (BPC), SEMARANG – Otoritas Jasa Keuangan mewaspadai angka kredit macet atau nonperforming loan (NPL) bagi bank perkreditan rakyat (BPR) di Jawa Tengah karena minimnya pengelolaan keuangan usaha mikro dan kecil.

Kepala Regional 3 Jawa Tengah dan DIY, Panca Hadi Suryatno mengatakan angka kredit macet BPR yang cenderung naik hingga Mei 2016 men jadi perhatian tersendiri.

Dia mengakui kenaikan NPL, karena kebanyakan penyaluran kredit fokus pada usaha mikro dan kecil, sehingga manajemen keuangan kurang tertata baik.

Data OJK menyebutkan, NPL BPR dari Januari-Mei 2016 mencapai 7,1 persen atau lebih tinggi ketimbang periode sama tahun lalu yang hanya 6,6 persen. Dia mengatakan kelemahan usaha mikro kecil dan menengah yakni mencampuradukkan keuangan modal bisnis dengan kebutuhan sehari-hari.

Tak hanya itu, uang yang mestinya dimanfaatkan untuk pengembangan usaha juga digunakan untuk kebutuhan biaya sekolah dalam tahun ajaran baru 2016.

“Yang terjadi akhirnya pembayaran tersendat. Ini yang menyebabkan NPL bisa naik,” tuturnya seperti yang dilansir dari Bisnis, Selasa (26/7/2016). Kendati NPL BPR di Jateng naik, Panca memastikan kondisi BPR di wilayahnya lebih baik dibandingkan provinsi lain. Dilihat dari aset BPR secara tahunan mengalami kenaikan 16,1 persen dari Rp19,9 triliun (Mei 2015) men jadi Rp23,1 triliun periode sama tahun ini.

Penyaluran kredit BPR juga terus ber tumbuh 8,6 persen (year on year) atau dari Rp16,3 triliun naik menjadi Rp17,7 triliun. Dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun mencapai Rp17,5 triliun pada posisi Mei 2016 atau naik 19,3 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang hanya Rp14,6 triliun.

“Kalau aset BPR naik itu, berarti kondisinya masih bagus. Kami pantau terus supaya NPL bisa turun di bawah 5 persen,” terangnya.

Sementara itu, aset perbankan per Mei 2016 senilai Rp327,99 triliun atau naik 14,9 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelum nya Rp285,46 triliun. Panca menambahkan, untuk nilai kredit juga ada peningkatan yaitu sebesar 10,7 persen. Pada Januari-Mei 2016 ni lai kredit perbankan di wilayahnya mencapai Rp239,55 triliun, naik dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp216,36 triliun.

Selanjutnya, untuk Dana Pihak Ketiga (DPK) juga terjadi peningkatan yaitu dari Rp 210,67 triliun di Mei 2015 naik 14,5 persen menjadi Rp241,294 tri liun pada Mei 2016. Adapun NPL perbankan juga mengalami kenaikan, dari 3,1 persen menjadi 3,7 persen periode Mei 2016 ketimbang periode sama tahun lalu.

Ketua Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia atau Perbarindo Jateng Dadi Sumarsana menga takan kinerja BPR memang mendapat sorotan dari OJK karena NPL justru naik. Namun demikian, pihaknya memastikan NPL bisa di tekan pada semester II tahun ini seiring mem baiknya perekonomian dalam negeri dan dana pemerintah dapat terserap merata.

“Biasanya di semester I kurang bagus, nanti kami bisa tutup di semester II,” tuturnya.

Dia mengatakan bulan lalu ada kesepakatan dengan OJK bahwa BPR akan memperkuat permodalan. Sebagai contoh, BPR yang modalnya kurang dari Rp3 miliar memiliki action plan untuk menambah modal hingga Rp3 miliar dengan batas waktu 2019. Apabila ada BPR dengan mo dal kurang dari Rp6 miliar, sudah se pa kat akan berpacu menambah mo dal menjadi Rp6 miliar dengan deadline 2024.

“BPR itu unik. Mereka akan tumbuh sesuai dengan visinya masing-masing. Jadi, tidak harus merger kalau modal nya kuat,” paparnya.