BERTUAHPOS.COM – Pelatih senam Riau, Markos, menyampaikan kekecewaannya terhadap Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Riau yang hingga kini belum memberikan kepastian terkait pencairan bonus bagi atlet peraih medali di Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024.
Memasuki pertengahan Januari 2025, para atlet Riau masih menunggu hak mereka, sementara daerah lain sudah merealisasikan janji tersebut.
“Sampai hari ini, kami belum mendapatkan kabar mengenai bonus atlet. Padahal ini sudah memasuki pertengahan Januari. Jujur saja, saya kecewa. Saya baca berita, KONI di daerah lain sangat gencar memperjuangkan hak atletnya,” ujar Markos saat dihubungi melalui WhatsApp, Kamis 16 Januari 2025.
Markos, yang melatih atlet senam peraih medali emas terbanyak untuk Riau di PON 2024, menilai lambannya langkah KONI Riau tidak hanya mengecewakan atlet, tetapi juga berisiko menurunkan semangat mereka untuk terus berprestasi.
Selain permasalahan bonus, Markos juga menyoroti ketidakjelasan program pembinaan atlet menuju PON XXII 2028 di NTT dan NTB. Ia mengungkapkan bahwa dirinya tidak dilibatkan dalam rapat evaluasi KONI Riau, meskipun perannya sebagai pelatih sangat penting dalam pembinaan atlet.
“Itu juga menjadi salah satu kekecewaan saya. Kemarin mereka ada rapat evaluasi, tapi saya sebagai pelatih malah tidak diajak. Saya hanya diminta laporannya saja. Jadi ke depannya programnya apa, tujuannya seperti apa, hasilnya apa, saya tidak tahu,” keluhnya.
Markos berharap KONI Riau bisa bekerja lebih profesional, terutama dalam merancang program pembinaan yang transparan dan terarah. Ia menekankan pentingnya keterlibatan orang-orang yang benar-benar memahami dunia olahraga dalam struktur organisasi KONI.
“Saya minta yang duduk di bidang pembinaan prestasi (Binpres) itu adalah orang-orang yang benar-benar paham dunia olahraga. Harus ada program yang jelas, apakah mereka yang mengajukan ke Pemprov atau seperti apa. Jangan menerka-nerka, karena akibatnya ada dana yang berlebih dan ada yang kurang,” tegasnya.
Situasi ini memunculkan kekhawatiran di kalangan atlet dan pelatih cabor di Riau. Beberapa di antaranya bahkan mulai mempertimbangkan untuk pindah ke provinsi lain, termasuk tuan rumah PON XXII 2028, yang menawarkan apresiasi lebih tinggi kepada pelatih dan atlet.
“Kondisi seperti ini sangat memprihatinkan. Kalau terus dibiarkan, bukan tidak mungkin atlet-atlet terbaik kita pindah ke provinsi lain yang memberikan perhatian lebih besar,” ujar Markos.
Markos dan para pelatih lain berharap KONI Riau segera memberikan kejelasan terkait pencairan bonus dan memperbaiki program pembinaan atlet. Hal ini dinilai penting untuk menjaga motivasi dan semangat para atlet agar terus berprestasi di kancah nasional maupun internasional.
“Jika Riau ingin terus melahirkan atlet-atlet berprestasi, perhatian kepada mereka harus ditingkatkan. Bonus adalah hak mereka, dan pembinaan yang jelas adalah kewajiban kita semua untuk mendukung mereka,” pungkasnya.