BERTUAHPOS, — Fenomena Fear of Missing Out atau FOMO kini menjadi ancaman serius bagi kesehatan mental anak muda di Pekanbaru. Istilah ini merujuk pada rasa takut tertinggal atau kecemasan berlebihan ketika melihat orang lain tampak menikmati hidup yang lebih menyenangkan, terutama di media sosial.
Menurut Psikolog, Dr. Afifah Hana Wahyuni, FOMO bukan sekadar tren sesaat, tetapi sudah menjadi bagian dari tantangan psikologis yang nyata di era digital. Ia menilai, anak muda di Pekanbaru semakin rentan karena terus-menerus terpapar informasi dan aktivitas orang lain melalui media sosial.
“FOMO sering membuat seseorang merasa kehidupannya tidak cukup menarik. Ini memicu stres, kecemasan, bahkan bisa berkembang menjadi depresi jika tidak ditangani sejak dini,” ujar Afifah, kepada Bertuahpos, Senin, 21 April 2025.
Menurutnya, banyak anak muda terjebak dalam siklus membandingkan diri sendiri dengan pencapaian atau gaya hidup orang lain yang tampak sempurna di layar ponsel. Akibatnya, mereka merasa kurang, tertinggal, dan tidak bahagia dengan hidup mereka sendiri.
Beberapa gejala FOMO yang kerap dijumpai di kalangan anak muda di Pekanbaru antara lain: terlalu sering memeriksa media sosial, merasa cemas jika tidak online, dan terobsesi untuk selalu membagikan aktivitas pribadi demi mendapat pengakuan dalam bentuk likes atau komentar.
“Ada juga yang merasa bersalah atau gelisah ketika melihat teman-temannya berkumpul tanpa mereka. Padahal, tidak semua momen yang ditampilkan itu benar-benar seindah kenyataannya,” tambahnya.
Untuk mengurangi dampak buruk FOMO, Dr Afifah menyarankan sejumlah langkah konkret. Pertama, anak muda perlu mulai membatasi waktu penggunaan media sosial. Kedua, penting untuk fokus pada kegiatan nyata yang produktif dan menyenangkan, seperti olahraga, membaca, atau berkarya. Ketiga, membangun koneksi sosial yang bermakna secara langsung juga bisa membantu menumbuhkan rasa percaya diri dan kepuasan diri.
“Kesadaran adalah langkah awal. Kalau kita sadar bahwa media sosial hanya sebagian kecil dari realitas, kita tidak akan mudah terjebak dalam ilusi kebahagiaan orang lain,” jelasnya.
Fenomena FOMO menjadi pengingat bahwa dunia digital, meski menawarkan banyak manfaat, juga menyimpan risiko bagi kesejahteraan mental. Oleh karena itu, anak muda di Pekanbaru diimbau untuk lebih bijak bermedia sosial demi menjaga keseimbangan emosi dan kualitas hidup yang lebih sehat.***
(Lutfi/mg)