BERTUAHPOS.COMÂ (BPC), PEKANBARU – Bank Indonesia (BI) getol melakukan kedaulatan rupiah kepada masyarakat, terutama mereka yang berada di daerah pedalaman di Riau. Namun ada yang janggal, di tengah BI mengklaim sudah lakukan sosialisasi terhadap kedaulatan rupiah, ternyata uang koin tidak diterima masyarakat sebagai alat tukar. Kondisi itu terjadi hampir di semua daerah di Riau.Â
Kepada bertuahpos.com, Suanti, seorang warga di Kabupaten Siak mengaku bahwa uang koin di daerahnya tidak punya nilai sama sekali. Warung dan tempat belanja tidak menolak rupiah koin sebagai alat tikar. “Makanya kalau uang receh (koin) di sini berserakan saja. Kalau ketemu di jalan atau di sudut-sudut rumah, itu biasa,” katanya.Â
Hal senada juga diutarakan, Murni, pedagang yang tinggal di Desa Simpang Gaung, Kabupaten Inhil ini juga menuturkan kondisi serupa. Dia bahkan heran jika ada yang berbelanja di warungnya dengan menggunakan uang koin. “Maaf, uang koin tidak laku,” sebutnya.Â
Kepada bertuahpos.com, Murni menyebut, bukan mereka tidak ingin menerima uang koin sebagaibalat tukar, namun karena janis uang koin sulit ditularkan ke bank, makanya sebagian besar pedagang di sini memilih untuk tidak menerima uang koin sebagai alat tukar.Â
Hal serupa juga terjadi Kota Pasir Pengaraian. Sebagian besar pedaganga di Ibu Kota Kabupaten Rokan Hulu itu tidak menerima uang koin sebegai alat tukar. “Saya juga heran kenapa pedagang di sana tidak ada yang mau terima uang koin,” kata bayu, saat diwawancarai bertuahpos.com.
“Kalau dulu uang seribu bahkan tidak ada yang mau terima. Sapi sejak ada Alfamart, mereka mau terima uang koin. Hanya itu yang mau terima. Kalau kedai, bahkan di padar sendiri tidak terima uang koin kalau belanja,” sambungnya.Â
Di Kabupaten Kepulauan Meranti penolakan terhadap uang koin juga terjadi. Sebagian besar pedagang hanya mau terima uang kertas sebagai alat tukar. Pedagang beralasan uang koin terlalu ribet untuk dibawa. Oleh sebab itu, mereka hanya terima uang kertas.
“Malas terima uang koin. Kalau di sini mau ditukar ke mana. Kalau pun bisa di tukar harus di bawa ke bang. Tapi percuma, untuk kembalian sisa belanja masyarakat juga tidak mau,” kata Rahman, salah seorang pedagang di Kota Selat Panjang.Â
Melihat kondisi tersebut, jelas menunjukkan bahwa sosialisasi yang dilakukan BI terhadap kedaulatan rupiah hanya isapan jempol belaka. Kedaulatan terhadap rupiah hanya berlaku di kota besar di Indonesia.Â
Bahkan, seperti di Kabupaten Kepulauan Meranti, peredaran mata uang non rupiah juga banyak, sepeti ringgit malaysia. “Bakan beberapa transaksi dilakukan dengan mata uang itu, walau jumlahnya tidak banyak,” kata Rezi, juga pedagang di daerah itu. (bpc3)