BERTUAHPOS.COM — Sebuah rumah petak di sudut gang kecil, di komplek pemukiman tua kawasan Pasar Bawah, Senapelan, Pekanbaru, ada sebuah tempat yang cocok untuk membaca buku, sambil menikmati kopi.
Meski bentuknya seperti coffee shop, tempat ini sebenarnya perpustakaan mini yang dibangun oleh Dea Gita Ningsih. Namanya Perpustakaan Kotak Baca dan Uncommon Coffee Shop.
Latar belakang pendidikan Dea, adalah sarjana ekonomi dari Universitas Riau. Tapi, sejak dulu, dia sudah senang dengan buku dan literasi. Dea sudah menerbitkan beberapa buku sastra dan novel, di antaranya; Penuang Senja dan Bhanuwati.
“Baru sekarang aku bisa menerjemahkan apa yang menjadi keinginanku. Aku ini apa sih sebenarnya. Makanya, makin ke sini, aku makin suka menulis. Lahirlah Kotak Baca,” tuturnya.
Perpustakaan Kotak Baca dan Uncommon Coffee Shop menjadi satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Keduanya saling melengkapi. Memang banyak coffee shop yang mengangkat tema seperti ini. Bedanya di sini, nuansa literasinya lebih kuat.
Secara independen, Perpustakaan Kota Baca pertama kali berdiri di tahun 2022. Dengan cara ini, Dea berharap bisa menghadirkan berbagai program literasi dengan konsep kekinian. Ringan, namun tetap disukai.
Beberapa program sederhana telah dihadirkan. Seperti sisir kota—berkeliling sambil merekam kota untuk mengenal tempat tinggal kemudian didiskusikan. “Karena literasi tidak hanya dari membaca buku,” kata Dea.
Tujuannya sederhana. Agar budaya literasi tak memudar. Bagaimana generasi tetap memperkaya pengetahuan. Bagaimana digitalisasi tak melunturkan kebiasaan membolak balik halaman buku. Menurut Dea, semua itu sudah melemah dan gairah itu harus terus dipupuk dengan pendekatan dan berbagai kegiatan kreatif.
Selain minum kopi, juga ada book corner—ada buku yang bisa dibaca. Mereka bisa bercerita tentang apapun untuk tujuan literasi, dan punya teman baru saat duduk Kotak Baca dan Uncommon.
“Sejauh ini, mereka yang sudah pernah datang ke sini cukup puas. Mereka bisa menepi sejenak di dalam gang, sambil berdiskusi dan membaca buku. Jauh dari hiruk-pikuk kota, bisa rehatlah sejenak,” kata Dea.***