BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Toleransi adalah landasan yang kuat dalam membangun harmoni dalam masyarakat yang beragam.
Sebagai sebuah konsep yang luas, toleransi mengajarkan kita untuk menerima perbedaan dengan terbuka, tanpa memandangnya sebagai sebuah ancaman.
Salah satu contoh nyata tentang makna sejati dari toleransi dapat ditemukan dalam kisah inspiratif antara dua tokoh agama besar, KH Idham Chalid dan Buya Hamka.
Pada masa itu, KH Idham Chalid menjabat sebagai Ketua PBNU, sementara Buya Hamka adalah figur kharismatik dari Muhammadiyah.
Meskipun berasal dari latar belakang organisasi keagamaan yang berbeda, kedua tokoh ini menunjukkan kerjasama yang erat dalam berdakwah.
Salah satu perbedaan yang mencolok adalah dalam pelaksanaan salat subuh.
Idham Chalid, sebagai representatif dari NU, menerapkan doa qunut dalam salatnya, sedangkan Buya Hamka, sebagai tokoh Muhammadiyah, tidak mengikutinya.
Namun, dalam semangat toleransi dan menghormati satu sama lain, saat keduanya bertugas sebagai imam dalam perjalanan dakwah, mereka saling menghormati keyakinan masing-masing.
Buya Hamka, meskipun tidak biasa, membaca doa qunut saat menjadi imam, sebagai tanda penghormatan kepada NU dan KH Idham Chalid.
Begitu juga sebaliknya, Idham Chalid menghormati Buya Hamka dengan tidak membaca doa qunut saat menjadi imam.
Kisah ini menjadi teladan nyata tentang bagaimana toleransi seharusnya diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Alih-alih memperdebatkan perbedaan-perbedaan kecil, seperti tanggal Hari Raya Idul Fitri tahun 2023, kita seharusnya belajar untuk saling menghormati dan memahami satu sama lain.
Kedua tokoh ini telah membuktikan bahwa keberagaman bukanlah penghalang, tetapi justru merupakan kekayaan yang harus dijaga dalam membangun masyarakat yang inklusif dan damai.
Dengan mengikuti jejak mereka, kita dapat meraih harmoni dan kerjasama yang lebih besar dalam masyarakat yang beragam ini.***
*Tulisan ini dirangkum dari buku: Buya Hamka: Sebuah Novel Biografi, karya Haidar Musyafa, yang diterbitkan Umania, tahun 2018.